Pada dasarnya, setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan energi, sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi lainnya. Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria. Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami obesitas.
Beberapa penelitian terakhir menunjukkan bahwa penyebab kegemukan dan obesitas bersifat multi-faktor, antara lain adanya keterlibatan faktor genetik, ras, perubahan pola makan, dan pola aktifitas, serta emosi. Keterlibatan faktor genetik relatif sulit dibuktikan. Kemungkinan yang lebih besar yaitu ada kelompok masyarakat tertentu yang proses metabolisme tubuhnya relatif lebih lambat dibandingkan yang lainnya. Kondisi ini menyebabkan seseorang memiliki peluang yang lebih besar untuk menderita obesitas dibanding orang lain dengan metabolisme yang lebih cepat.
Pola makan masyarakat di lingkungan perkotaan yang tinggi kalori dan lemak serta rendah serat, telah memicu peningkatan jumlah penderita obesitas. Mereka cenderung sibuk, dan biasanya lebih suka mengkonsumsi makanan cepat saji, dengan alasan lebih praktis. Selain itu, kian berkurangnya aktifitas fisik juga berkontribusi terhadap peningkatan jumlah penderita kegemukan dan obesitas. Akibatnya kalori yang masuk ke dalam tubuh tidak seimbang dengan jumlah yang keluar terjadi penumpukan lemak yang berlebihan dan berujung pada obesitas.
Berbagai gejala seperti kelainan kulit dan edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki sering muncul pada penderita obesitas. Selain tidak enak dipandang mata, obesitas dapat meningkatkan resiko terjadinya beberapa penyakit menahun seperti : diabetes tipe 2 (timbul pada masa dewasa), tekanan darah tinggi, stroke, serangan jantung (infark miokardium), gagal jantung, kanker (jenis kanker tertentu, misalnya kanker prostat dan kanker usus besar), batu kandung empedu dan batu kandung kemih, Gout dan artritis gout, osteoartritis, tidur apneu (kegagalan untuk bernafas secara normal ketika sedang tidur, menyebabkan berkurangnya kadar oksigen dalam darah), sindroma Pickwickian (obesitas disertai wajah kemerahan, underventilasi, dan mengantuk).
Melihat berbagai masalah kesehatan di atas, alangkah baiknya jika kita mulai memperhatikan berat badan dan mengevaluasi apakah selama ini pola makan telah sesuai dengan aktifitas fisik yang kita lakukan. Sebagai langkah awal untuk mendiagnosa terjadinya obesitas, dapat dilakukan dengan pengukuran BMI (Body Mass Index) yang merupakan suatu pengukuran yang menghubungkan (membandingkan) berat badan dengan tinggi badan. BMI merupakan rumus matematika dimana berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan tinggi badan (dalam meter) pangkat dua. Seseorang dikatakan mengalami obesitas jika memiliki nilai BMI sebesar 30 atau lebih.
Dua komponen yang terpenting dalam pengaturan berat badan yaitu pembatasan asupan kalori dan peningkatan aktivitas fisik. Kedua komponen ini juga penting dalam mempertahankan berat badan setelah terjadi penurunan berat badan. Harus dilakukan perubahan dalam pola aktivitas fisik dan mulai menjalani kebiasaan makan yang sehat.
Pemberian nutrisi yang tepat dapat juga dipilih untuk mengatasi obesitas. Yang perlu diwaspadai, kita tidak boleh sembarangan mengkonsumsi produk-produk yang menawarkan berbagai khasiat sebagai penurun berat badan secara cepat. Anda tentu sudah banyak mendengar berbagai kasus seperti keracunan dan munculnya berbagai efek samping yang berbahaya pada beberapa orang yang sembarangan mengkonsumsi produk penurun berat badan. Misalnya kasus sibutramin yang dicampur pada jamu penurun berat badan beberapa waktu lalu. Penggunaan Sibutramin Hidroklorida dalam dosis tinggi, berisiko meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung. Bahan ini juga menyebabkan penggunanya sulit tidur sehingga senyawa ini tidak boleh dikonsumsi secara sembarangan. Terutama oleh orang yang mempunyai riwayat penyakit arteri koroner, gagal jantung kongestif, aritmia dan stroke. Namun yang terjadi saat itu, jamu yang dicampur obat ini diperjualbelikan secara bebas. Tak heran jika ada beberapa konsumen menjadi korban.
Obesitas memang sangat perlu diatasi, namun jangan membuat kita gegabah dalam menentukan solusinya. Kesehatan tetap yang paling utama. Jadi pilihlah cara dan nutrisi yang tepat untuk mengatasinya serta jangan lupa berkonsultasi dengan dokter anda. Jangan mudah terbujuk oleh iklan yang menawarkan khasiat secara instan. Dan ingat, dua kunci mencegah dan mengatasi obesitas yaitu pola makan yang sehat dan seimbang serta aktivitas fisik seperti olahraga, itulah yang utama. Tetap makan sehat dan beraktivitas! [NunZ]
Bantu kami memperbaiki blog ini. Hubungi saya jika Anda menemukan konten yang rusak, aneh atau tidak berhasil Anda terapkan. Silahkan beritahu kami dengan klik : Contact Me! . Kami akan berusaha membalas atau memperbaiki konten secepatnya. Terima Kasih.
0komentar: